ketika gue tk ,gue beranggapan yang namanya sahabat adalah orang yang mau membagikan permen nya kepada gue ketika gue minta,atau orang orang yang main ayunan bareng gue atau orang orang yg menggambar bareng sama gue
ketika gue sd ,gue beranggapan yang namanya sahabat adalah orang yang mau gue ajak jajan bareng, mau berpihak ke gue saat gue musuhan sama orang lain ,atau orang yang mau gue ajak pulang bareng
ketika gue smp ,gue lebih mencari lagi tentang arti kata “sahabat”. saat itu gue mempunyai beberapa temen deket atau hmm bisa dibilang sekitar 5 orangan.
kita kemana mana selalu bersama, membagi senang dan mungkin “duka” bersama, saling mendukung apapun yg kita ingin lakukan. rasa solidaritas yg tinggi saat itu yang membuat gue berfikiran kalo “oh ini toh mungkin yang namanya sahabat”
tapi hal itu ga bertahan selamanya, minimal sampe akhir kita lulus smp pun tidak. dari kelas satu gue punya 4 teman dekat,kelas dua karena kita pisah kelas lalu kita menjadi jauh dan gue mempunyai 2 teman dekat, ketika kelas 3 pisah kelas lagi kita menjadi jauh lagi dan terakhir gue mempunyai 1 teman dekat. sampai akhir kelas 3 ini dan akhirnya kita lulus gue masih berfikir “apakah benar ini yg namanya sahabat?”
dan sampai lulus pun gue akhirnya berpendapat “yaaah mungkin ini kali ya yang namanya sahabat” (pada saat itu kepada temen deket gue yang di kelas 3)
berlanjut ketika gue menduduki bangku sma ,dan gue lelah mencari apa arti sahabat. saat itu gue berfikiran “yaudah sahabat itu selalu bersama sama,selalu ngedukung apapun,seneng bersama dan mungin “duka” bersama”,ngedukung apapun yg kita lakukan,pokoknya solidaritas yg tinggi”
sampai akhirnya gue menemukan lagi temen temen deket hmm kali ini sekitar 7 orang. entah gimana asal mula nya kita menjadi deket,pokok nya saat itu gue merasa bahagia dengan kebersamaan gue dan 7 orang itu, bahkan gue berharap kebersamaan ini ga akan cuma bertahan di kelas satu aja.
for information,gue sendiri tipe orang yg tertutup bahkan mungkin sangat tertutup. gue lebih suka membagi kebahagiaan gue daripada kesedihan gue. ga ngerti kenapa, gue lebih suka orang ikut bahagia karna cerita gue daripada ikutan sedih apalagi ikut mikirin kesedihan gue dan gue pun belum pernah terbuka sama “sahabat” versi gue dari tk sampe 7 orang itu.
oke lanjut ke 7orang yang gue anggap sahabat itu. setelah naik kelas dua sampai kelas 3 mulai terlihat perpecahan (lagi) diantara kita. satu persatu pun menjadi jauh dan sampai sekarang (baca:kuliah) kita hanya tinggal bertiga.
hmm ironis memang,kenapa yang tadinya suatu hubungan dibangun atas dasar rasa kebersamaan harus hilang gitu saja karena alasan “berbeda kelas dan mendapat teman baru” atau kesalah pahaman yang dimenangkan oleh logika yang mengalahkan rasa dan kenangan kenangan kebersamaan yang pernah dilalui.
ketika gue akhirnya hanya bisa mempertahankan 2 diantara mereka (3 including me) disini gue ngerasa sayaang banget sama mereka,perasaan yang belum pernah gue rasakan sebelumnya ke “sahabat” gue sebelum sebelum nya.
cuma sama mereka akhirnya gue mulai belajar yang namanya “terbuka” bahkan untuk berbagi kesedihan gue.
sama mereka gue di kritik ,ga hanya dukungan yang selalu bertubi tubi.
sama mereka gue belajar apa yang salah dan apa yang benar, bukan yang selalu dibenarkan meskipun gue salah.
gue juga belajar tentang ketegasaan. mereka membiarkan ku “jatuh” untuk kemudian membiarkan ku belajar rasa sakit dan dibantu dibangkitkan, bukan dengan menjaga ku agar ku tidak terjatuh dan tidak pernah merasakan rasa sakit.
gue belajar banyak dari mereka,pelajaran yang bahkan ga gue dapetin dari guru manapun, buku apapun ,atau sekolah manapun.
aku lebih memahami apa arti “kebersamaan”.
dan pada saat ini gue seperti nemuin tempat terakhir dimana gue mencari apa arti sahabat.
ya,sahabat adalah mereka,mereka yang membuat ku belajar banyak hal tanpa menggurui. terima kasih sahabat :)
0 komentar:
Posting Komentar