Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Sabtu, 28 Maret 2015

The Not-so-my favorite Fairytale

Hai, malam ini aku mau bercerita. Bercerita tentang 2 orang yang aku sayangi dan kisah mereka yang selalu menjadi kisah favorite ku.
Aku kenal sepasang orang yang gak bisa dibilang sepasang juga sih, tapi aku selalu melihat mereka seperti sepasang angsa yang selalu mengikuti pasangannya ke mana saja dan akan mati apabila salah satu angsa mati karena tidak bisa hidup dengan angsa yang lain. Atau seperti Ted Mosby dan Robin Scherbatsky di serial How I Met Your Mother. They are attached each other. Sampai aku pun tidak bisa membayangkan bagaimana mereka apabila tanpa satu sama lain.
Si wanita egois, sebut saja si wanita ini begitu dan sebut saja pasangannya Peachy. Aku berteman dengan keduanya dan melihat mereka bersama itu sudah cukup lama. Hampir 6 tahun dan gak pernah nyangka mereka sudah selama itu bersama. Hmmm sebelumnya, aku mau menegaskan di sini, kata bersama bukan berarti mereka berpacaran. Hubungan mereka terlalu rumit dari sekedar pacaran.
Ah, apakah kalian tahu apa hal dari mereka yang paling aku sukai? adalah ketika Peachy selalu memandang si wanita egois dengan segala binar di matanya dan tidak pernah berkurang dimakan waktu. Tidak pernah berkurang walaupun selalu menghadapi tingkah si wanita egois yang selalu menyebalkan dan semakin menyebalkan tiap harinya. I love that sparks!

Seperti sebutannya, si wanita egois ini adalah wanita yang egois. Sangat egois. Dia hanya akan memikirkan kepentingan dan perasaannya sendiri. Kalo dia lagi badmood dan pengen marah marah, Peachy lah yang selalu jadi pelampiasannya. Dan seperti sudah menghafal si wanita egois layaknya membaca buku berkali kali, Peachy akan dengan sabar menghadapi segala mood jelek dan omelan si wanita egois hingga moodnya membaik kembali.
Pernah sampai beberapa kali si wanita egois ini menyukai seseorang yang lain hingga membiarkan Peachy sendiri dan kemudian kembali lagi ke Peachy ketika rasa  sukanya sudah selesai dengan seseorang itu. Dan lagi lagi, Peachy sudah hafal dengan tingkah si wanita egois ini lalu kemudian akan menerima si wanita egois lagi seperti biasanya.
Karena si wanita egois tau, dia lah tempat pulang Peachy dan pun sebaliknya. Sejauh apapun mereka berjarak, mereka akan selalu menemukan cara untuk kembali pulang. Si wanita egois tahu, Peachy akan selalu menunggu dia pulang dan tidak akan meninggalkan dia sendirian.

Hingga pada suatu hari, ada badai besar yang menghampiri mereka, menerjang pertahanan Peachy yang tidak pernah ada habisnya untuk si wanita egois dan kemudian seketika pertahanan itu melemah dan melemah hingga habis tak bersisa. Badai yang si wanita egois buat sendiri, untuk terkasih Peachy. Badai yang menyebabkan Peachy menjauh, dan semakin menjauh hingga akhirnya menghilang.
Si wanita egois masih belum tersadar bahwa badai yang ia sebabkan itu akan berdampak yang serius untuknya. Karena lagi lagi, dia merasa separah apapun badai yang dihadapi Peachy, ia akan tetap bertahan dan kembali pulang.
Si wanita egois ini lupa, bahwa dalamnya laut pun ada batasnya, tingginya langit pun ada ujungnya, termasuk kesabaran seseorang. Seorang Peachy, yang selalu tahu cara kembali pulang, kini kehilangan arah. Bukan karena dia tidak mau pulang, tapi karena jalan menuju pulang sudah hancur terbawa badai besar yang si wanita egois sebabkan, sehingga dia harus mencari jalan lain untuk pulang. Atau entah apa yang akan ditemui Peachy di perjalanan itu. Mungkin benar ia akan kembali menemukan jalan pulang, atau akhirnya ia kelelahan dan menemukan tempat pulang yang baru.
Dan si wanita egois, baru kali ini ia merasa benar-benar kehilangan. Bukan seperti kehilangan Peachy sebelum sebelumnya, tapi kali ini benar-benar merasa hilang. Kosong. She got a big hole inside her heart.
Ia baru menyadari kalau sayangnya untuk Peachy yang dikira sudah hampir habis ternyata masih banyak tersisa, dan sekarang si wanita egois ini kebingungan bagaimana cara untuk menghabiskannya sekaligus agar rasa hilang itu tak terasa lagi. Satu hal yang si wanita egois ini tidak sadari, ia bukannya tidak siap kehilangan Peachy, ia hanya tidak pernah berfikir bahwa ia akan benar-benar kehilangan Peachy.
Aku tidak pernah suka sad ending seperti ini. Walaupun aku tau, tidak akan pernah ada Happy ending dalam endingnya mereka.
Aku tidak akan lagi melihat moment favorite ku saat melihat binar mata Peachy ketika melihat si wanita egois, aku tidak akan lagi ketawa-ketawa melihat tingkah Peachy yang selalu sabar menghadapi moodynya si wanita egois.
Aku tidak pernah suka ending. Karena ending selalu diiringi dengan tangis. and i hate tears. a lot! But hey, there's no rainbow if there's no rain, right?
Semoga semua tangis yang mengiri tiap ending perjalanan seseorang akan segera terbayar dengan pelangi yang akan disunggingkan di setiap senyum bahagia setelahnya.

Dan semoga, kalian, si wanita egois dan Peachy, akan segera menemukan pelangi dan rumahnya kembali :)

Dari aku,
Pengagum setiap kisah kalian {}